Popular Posts

Sabtu, 8 Oktober 2011

UBAN DAN KISAHNYA...



Syaidina Abu Bakar ra pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, sungguh rambutmu telah ditumbuhi uban." Baginda saw menjawab, "Surah Hud dan saudara-saudaranya yang telah menyebabkan aku beruban." (Tirmidzi).



Ada syair Arab yang isinya memuji kemunculan uban di rambut orang-orang yang sudah mulai berumur. Syair itu menganalogikan tumbuhnya uban yang berselang-seli hitamnya rambut seseorang, sebagai cahaya dan tanda kemuliaan, Kata syair itu, "maa khairu lailin laisafiihi nujuum", malam  tidak akan menjadi indah tanpa cahaya bintang. Bintang yang dimaksud adalah uban. Malam yang kelam itu, adalah warna rambut yang dominan masih hitam.



Dengarkanlah kisah uban-uban putih di rambut Rasulullah saw seperti yang dituturkan sendiri oleh Baginda saw. Syaidina Abu Bakar ra pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, sungguh rambutmu telah ditumbuhi uban." Rasulullah saw menjawab: "Surah Hud dan saudara-saudaranya yang telah menyebabkan aku beruban" (Tirmidzi). Helai-helai rambut putih yang muncul di antara rambut hitam Rasulullah saw, menandakan perhatian dan fikiran Rasulullah saw yang begitu fokus untuk urusan keimanan.



Surah Hud dan saudara-saudaranya, menurut tafsir Ibnu Katsir adalah surah Al-Waqi'ah, surah Al-Mursalat, surah An Naba dan surah At Takwir. Seluruh surah itu bercerita tentang dahsyat dan kerasnya Hari Kiamat yang sudah pasti tiba. Rasulullah saw sangat dalam menyelami kandungan firman-firman Allah swt itu. Maka, tumbuhnya uban, selama dalam urusan keimanan, adalah simbol yang patut dibanggakan. Seperti kebanggaan Rasulullah saw yang jelas diterangkan dalam sabdanya, "Barangsiapa yang tumbuh uban di dalam keIslaman, ia akan memperolehi cahaya di Hari Kiamat." (Tirmidzi dan Nasa`i, disahihkan oleh Al Albani dalam Shahih al Jami').



Rasulullah saw dalam hadis lain juga menyebutkan ungkapan yang hampir mirip. Kata Baginda saw, "Barangsiapa yang tumbuh uban di jalan Allah, ia pasti akan mendapatkan cahaya di Hari Kiamat." (Ahmad, Tirmidzi dan Nasa`i).




Perhatikanlah bagaimana Rasulullah saw dalam sabda-sabda Baginda saw, mengibaratkan uban putih dalam rambut di kepala orang beriman itu sebagai cahaya di tengah gelapnya Hari Kiamat. Cahaya itu, adalah uban yang tumbuh dari orang yang mencurahkan fikiran, tenaga, jiwa dan raganya untuk jalan iman.



Bahkan Rasulullah saw juga menegaskan bahawa di antara bentuk penghormatan Allah kepada hamba-Nya adalah, memuliakan dzii syaibatil muslim atau orang Muslim yang beruban, orang yang hafal Al Quran, dan memuliakan penguasa yang adil ( Abu Daud). Maka, biarkanlah jika uban yang sudah pasti tumbuh itu kelak atau telah menghiasi kepala kita. Selama kita berada dalam golongan orang beriman dan berjuang dalam keimanan. kita tidak perlu terlalu menghiraukan tumbuhnya uban demi uban yang kelak menjadi cahaya di kegelapan itu.



Mari kita lihat kejayaan besar para tokoh berusia emas yang penuh uban di kepalanya itu dalam lembaran-lembaran sejarah kita. Lihatlah bagaimana Abu Ayyub Al Anshari ra, lelaki penuh uban di rambutnya. Dalam usia 80 tahun, beliau tetap terlibat dalam penyebaran dakwah Islam ke pelbagai wilayah. Saat jatuh sakit menjelang wafat di antara pasukan Muslimin yang tengah dalam perjalanan berperang, ia dengan sepenuh keyakinan mengatakan, "Jika aku mati maka bawalah jenazahku. Jika kalian bertemu dengan musuh, kuburkanlah jasadku di sana. Aku ingin jasadku dikubur di tengah medan pertempuran atau yang dekat dengannya, sehingga rohku bergerak di atas medan tempur." Abu Ayyub ra menginginkan kehidupan Akhiratnya dalam keadaan berjihad sebagaimana semasa hidupnya di dunia, Jenazah Abu Ayyub ra akhirnya memang dibawa oleh pasukan kaum Muslimin. Dan di tengah kota Konstantinopel, ketika pasukan Islam berperang melawan pasukan musuh, di sanalah jasad Abu Ayyub ra yang mulia itu dimakamkan.



Lihatlah bagaimana tokoh mulia Yusuf bin Tasyfin ra, yang memimpin peperangan di saat ia berusia 80 tahun. Ketika itu, uban juga telah menghiasi kepala dan janggutnya. Adalagi, Musa bin Nushair ra yang menakluk Andalus saat usianya 74 tahun. Itu terjadi saat kepemimpinan Khalifah Al Walid bin Abdul Malik. Ketika Khalifah Al Walid bin Abdul Malik mencapai usia akhirnya, 95 tahun, Musa bin Nushair ra telah mempunyai 120 anak dan cucu yang masih kecil. Musa bin Nushair ra pernah mengatakan, "Tidak pernah ada panji-panji pasukanku yang direbut oleh musuh sejak aku terlibat berjihad pada usia 40 tahun hingga 80 tahun."



Masih banyak deretan para tokoh besar dan pemikir yang memutih rambutnya tapi mereka telah menyumbangkan perjuangan luar biasa untuk kita. Seorang salafusoleh bernama Tsabit Al Bunani ra, usianya 86 tahun. Bakr Al Mazni ra mengatakan, "Siapa yang ingin melihat orang yang paling banyak ibadah lihatlah kepada Tsabit Al Bunani. Tidak ada orang yang lebih abid daripada dia." Bahkan, Anas bin Malik ra mengatakan, "Sesungguhnya setiap kebaikan itu punya kunci-kunci. Dan Tsabit Al Bunani adalah kunci-kunci kebaikan." Malahan seorang ulama bernama An Naisaburi ra pernah menulis sebuah kitab berjudul "Al Mustadrak Ala Shahihain" pada saat ia berusia lebih dari 90 tahun. Mereka telah menjadi manusia yang hidup di "alam lain" dan tidak lagi terbelenggu dengan jerat-jerat usia yang biasanya membelenggu ramai orang.



Warga emas sudah banyak rugi dengan anggapan bahawa orang yang usianya mencapai 60 tahun hanya tinggal menanti ajal kerana anggapan itu, tidak sedikit orang yang berprasangka bahawa mereka sudah selesai peranan-peranannya dalam hidup.



Uban sebagai sebahagian tanda keletihan berfikir, atau petanda usia bertambah tua tidak pernah menjadi alasan untuk berhenti dan memutuskan peranan besar dalam hidup ini. Jika kita mahu, walaupun berusia lanjut dan banyak ditumbuhi uban, kita mampu melukiskan sejarah agung dalam hidup ini dengan pertolongan Allah swt. Jika desakan cita-cita telah meninggi, didukung semangat yang kuat, tidak ada lagi yang membezakan orang muda ataupun orang berusia lanjut.



Wallahu`alam




Jagalah Hati…



Wassalam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan