Seorang ibu memiliki satu orang putera dan dua orang puteri. Sejak kecil, si ibu selalu membezakan kasih sayang antara putera dengan puteri-puterinya. Ia kerap memarahi puteranya hanya kerana kesalahan remeh. Tidak pernah ia bersenda gurau dengannya. Jika puteranya menanyakan sesuatu kerana perasaan ingin tahunya sebagai anak kecil, ibunya selalu menjawab tidak tahu, bahkan seringkali ibunya diam seolah-olah tidak mendengar.
Sementara kedua puterinya mendapat limpahan kasih sayang, selalu mendapat mainan baru, pakaian baru. Bahkan makan pun dengan lauk yang lebih banyak daripada puteranya. Ibunya hanya bergurau dan bermain dengan puteri-puterinya, selalu menjawab pertanyaan mereka. Akhirnya si putera membesar sebagai anak yang murung…
Hingga di suatu masa, setelah ketiga-tiganya berkahwin, tinggallah si ibu seorang diri. Kedua puteri jarang menjenguknya kerana tinggal di kotaraya. Hanya si putera yang selalu menjenguknya, membawakan makan tengahari, membawakan seplastik buah-buahan dan lain-lain menurut kadar kemampuannya. Namun si ibu tetap bersikap seperti biasanya, cuak dan dingin.
Pada saat si ibu mulai uzur dan sakit-sakit, si putera membawa ke rumahnya, merawatnya dan memenuhi segala permintaannya. Kedua-dua puterinya hanya menjenguknya seminggu sekali.
Dan pada akhirnya saat ibunya semakin tenat, menjelang saat kematiannya, ia bertanya kepada puteranya. “Mengapa kamu tetap bersikap baik, malahan menjaga serta merawatku walaupun sikapku sangat tidak menyenangkan padamu?”
Si putera menjawab, “Kerana bonda adalah ibuku, yang telah mengandungkanku, melahirkan aku, menyusukanku, dan membesarkan aku. Apapun yang ku lakukan tidak akan mampu mengembalikan setiap titis darah bonda yang mengalir dalam darahku. Yang dapat ku lakukan hanyalah berbakti kepada bonda.”
Menangislah si ibu… menyesal, lalu ia berdoa, “Ya Allah, Engkau telah memberikan padaku tiga orang anak. Ku sayangi yang dua dan ku sia-siakan yang satu. Padahal Engkau telah menjadikan yang satu ini sebagai anak yang berbakti padaku. Maka ampunkanlah segala dosanya, rahmatilah hidupnya dan berkatilah usahanya. Sesungguhnya dialah anak yang akan mendoakan aku, maka perkenankanlah doanya…”
Setelah berdoa si ibu mencium kening puteranya, sesaat kemudian ia pun meninggal dunia.
Ingatlah wahai saudara semuslimku, berapa pun jumlah anak yang kita miliki, kita tidak akan tahu yang manakah yang akan tulus menyayangi kita, yang akan berbakti kepada kita dan yang akan mendoakan kita setelah kita meninggal dunia. Maka jangan sampai kita mensia-siakan amanah dari Allah ini. Kita didik mereka semampu kita. Hasilnya kita pasrahkan pada Allah swt…
Wallahu`alam
Jagalah Hati…
Wassalam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan