Yang kita miliki tidak selama-lamanya adalah milik kita…
Terkadang kita sebagai manusia terlalu mengikuti ego dan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu, atau menambah jumlah sesuatu pemilikan, sehingga kita pasti pernah melakukan hal yang tidak sepatutnya untuk mencapai hajat yang kita inginkan. Ketika kita begitu menyintai sesuatu, pasti akan terasa sedih ketika kita kehilangannya. Setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan. Kita mungkin kehilangan harta, dipecat dari jawatan, kesihatan merosot, apatah lagi yang berkaitan pasangan.
Pelbagai luapan reaksi kita lakukan saat kita kehilangan sesuatu. Bermula dari marah-marah, menangis, tekanan perasaan, memprotes takdir, hingga ada yang bunuh diri. Sebenarnya, dari segi hakikat, kehilangan adalah sebuah proses mendapatkan dan begitu pula sebaliknya, mendapatkan adalah sebahagian daripada kehilangan. Proses ini mengajar kita agar tidak bersifat tamak, kerana pada realitinya, manusia yang memiliki sesuatu sebenarnya tidak memiliki apa-apa pun.
Kehilangan memang menyedihkan tapi kita tidak mampu menghindarinya. Jangan pernah disesali dan ditangisi kehilangan itu, tapi renung dan buatlah perbandingan dengan tahun yang lalu. Hitung dan ukurlah kenikmatan yang kita perolehi; Seberapa besarkah kita kehilangan berbanding dengan apa yang kita perolehi.
Jangan pernah terlena dengan sebuah kehilangan, apalagi yang hilang itu material berbentuk kebendaan. Jangan pernah menangis atau menjerit bila yang hilang itu adalah sesuatu yang memang akan hilang pada saatnya. Lakukan yang seharusnya kita lakukan, berbesar hatilah dan persiapkan diri kita untuk kehilangan itu. Dalam hidup, suatu hal akan muncul dan akan pergi pada waktunya nanti. Tiada yang abadi di dunia ini. Kehilangan akan membuat kita merasa rapuh, tetapi di sisi lainnya pula, kehilangan mampu membuat kita menjadi tabah.
Yang perlu kita lakukan saat kehilangan adalah bermuhasabah diri…Apakah kita pernah mengambil hak orang lain, sehingga Allah mengambil hak kita secara paksa? Adakah kehilangan tersebut membawa manfaat, contoh ketika seseorang kehilangan pekerjaan, ternyata setelah proses kehilangan itu dia menjadi seorang usahawan. Dan ingatlah, walau dalam keadaan kehilangan sekalipun, ia pasti akan lebih menyejukkan hati bila kita berusaha mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
Kehilangan akan menimpa siapa saja, sama ada lelaki, perempuan, anak-anak, orang tua, orang kampung, orang kota. Siapa saja. Ini kerana kehilangan adalah sebuah proses yang harus dilalui dalam kehidupan. Memang, sesungguhnya apa pun yang ada pada kita selama hidup di dunia ini tiada yang abadi. Oleh itu, mungkin kita harus belajar untuk menerima kehilangan. Mempersiapkan diri agar mampu berlapang dada di atas segala bentuk kehilangan yang akan terjadi pada hidup kita. Tidak ada yang mampu menjamin hari esok. Yang dapat kita lakukan hanyalah berwaspada dengan meminimumkan kesan kehilangan, supaya kita masih kuat melangkah ketika ada sesuatu yang di ambil kembali dari kita. Semoga kita mampu menghadapi kehilangan walau ia datang secara tiba-tiba.
Dalam masa yang sama, kehilangan belum tentu meninggalkan kekosongan, kerana jejak-jejak yang ditinggalkannya tidak pernah benar-benar hilang. Maka, mari belajar untuk mencintai kehilangan itu, kerana ia adalah sebahagian hukum alam dari kehidupan. Kehilangan memberi banyak pelajaran dan pengalaman baru buat kita agar kita dapat menerima dengan baik proses itu. Kita akan belajar menerima diri kita sendiri, seperti kata orang bijak, manusia tidak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila kita sedar kita tidak pernah memiliki apa pun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilangan…? Kebahagiaan hidup bukan kerana berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan menikmati apa yang di perolehi tanpa menguasai.
Ambillah pelajaran dari beberapa kehilangan yang kita alami. Sedari bahawa dalam setiap kehilangan ada proses pembelajaran yang membuat jiwa kita semakin dewasa. Atau mungkin menjadi sebuah proses untuk melepaskan sebuah ego dalam diri. Di saat kehilangan, kita jadi lemah seperti bayi yang tidak berdaya. Lalu, kita akan menyedari bahawa sekuat apapun jiwa dan diri ini, setiap yang hidup tidak pernah dapat lepas dari kehilangan. Dan bahawa cerita di dunia ini bukan hanya berlegar pada bual bicara kita saja, tetapi ada bicara orang lain yang harus kita turut sama dengarkan, raikan dan berkongsi pengalaman untuk menjadi pendengar yang baik.
Lalu, kenapa begitu sukar merelakan kehilangan…?
Wallahu`alam.
Jagalah hati….
Tiada ulasan:
Catat Ulasan