TAUBAT…. Sebuah makna dari kata yang indah dalam Islam dituliskan. Ia bermakna kepulangan, kembalinya seseorang yang dirindukan, penyesalan dan pengharapan. Taubat adalah sebuah hasil pengembaraan sia-sia yang pernah dilakukan oleh seorang manusia hingga membuat tubuhnya letih, lelah dan lemah. Sejurus kemudian ia sedari bahawa usaha yang ia lalui telah menghasilkan kekeliruan. Jalan yang ditelusuri berbuah kesesatan. Oleh itu, dengan segenap sisa upaya yang masih ia miliki ia bertaubat, kembali pada jalan yang diredhai. Sehingga datangnya diri berbuah harapan dan membawa senyuman. Itulah makna singkat dari taubat…
Kembali yang dimaksud di sini tiada lain adalah kembali atau datangnya seorang hamba kepada Allah swt. Taubat adalah sebuah proses kembalinya seorang hamba. Ia kembali dari perbuatan maksiat menjadi taat. Kembali dari ingkar menjadi tunduk. Kembali dari kekufuran menjadi syukur.
Dalam sebuah hadis, taubat juga bererti penyesalan. Ia adalah sebuah penyesalan yang muncul dari kekeliruan yang pernah dilakukan oleh manusia. Telah ia sesali kerana rupanya bermain api akan terbakar. Bermain pisau akan terpotong. Bermain celaka akan binasa. Semua hal negatif yang telah ia lakukan, segalanya membawa penyesalan. Sebab itu, ia pun ingin memperbaiki keadaan. Dari penyesalan menuju pengharapan. Proses ini pun dinamakan ‘taubat’.
Baginda saw pernah ditanya suatu hal oleh Abu Bakar ra yang menjadi sahabat karibnya. Sebagai manusia, tentu Abu Bakar ra memiliki dosa dan kesalahan. Meskipun kita tahu, bahawa dia bukanlah manusia biasa. Dia adalah seorang sahabat Nabi saw yang telah dijamin syurga oleh Allah swt dan Rasul Nya.
Abu Bakar bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasul, ajarkan aku sebuah doa yang bermanfaat untuk ku!” Maka Nabi saw pun membacakan doa berikut untuknya sebagai jawapan:
“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, kejahilanku, semua perbuatan burukku dan kesalahan lain yang lebih Engkau ketahui. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, dosa-dosa yang sengaja aku perbuat atau tidak disengaja. Engkau Yang Pertama dan Engkau Yang Terakhir, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”. (Bukhari & Muslim)
Cuba resapi makna doa tersebut! Bayangkan kelembutan jiwa orang yang mengucapkannya, serta kasih sayang Allah swt, yang Maha Penerima taubat hamba Nya. Nuansa pengharapan dan kebahagiaan akan tumbuh dalam lubuk hati si hamba yang membacanya seraya bertaubat kepada Allah swt. Dan Allah swt pun akan menerimanya kembali dengan segala rahmat dan ampunan. Hingga membuat diri si hamba menjadi putih kembali dari segala dosa. Dan ia dapat kembali seperti sediakala! Subhanallah....!!!
Aku Malu, Ya Allah!
Saudaraku..., mungkin dosa dan noda diri membuat kita malu untuk datang kepada Allah swt. Usahlah malu! Sedangkan malu terhadap Allah Azza wa Jalla itu pun adalah hal yang amat berharga bagi kita.
Seperti gelaran haji, ustaz, ulama yang membuat penyandangnya selalu menjaga perilaku kerana malu, maka taubat yang pernah dijalankan pun akan membawa kita merasa malu. Sehingga rasa malu selalu menjadi perisai diri kita untuk tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, Rasulullah saw mengisahkan bahawa dulu pernah ada ada seorang ayah yang dikurniakan Allah swt harta yang banyak. Saat ajal menjelang, ia kumpulkan semua anaknya dan ia berwasiat kepada mereka. Ia katakan, “Menurut kalian, Ayah yang bagaimana aku ini?” Anak-anaknya menjawab bahawa dia adalah ayah yang baik. Sukacita si ayah mendengarnya. Namun jauh dilubuk hatinya, ia menyedari bahawa dirinya tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun. Lalu ia berpesan bila ia telah mati nanti agar jasadnya dibakar, dan debunya ditaburkan pada hari di mana angin bertiup kencang. Ia bersikap demikian kerana ia malu bila bertemu dengan Allah swt, sementara dirinya kotor, penuh dengan dosa !
Lalu anak-anaknya menjalankan wasiat itu dengan baik. Saat debu si ayah mereka taburkan pada angin yang bertiup kencang, maka Allah swt menghimpun kembali serpihan dari debu yang betebaran. Serta-merta Allah swt berfirman dan kembalilah jasad seperti asalnya semula.
Kini si hamba berdiri menggigil ketakutan. Dalam ketakutan yang dialaminya, Allah swt bertanya kepadanya, “Mengapa kau lakukan ini semua?!”
Di hadapan keagungan Allah, sukar sekali lisan berucap dan bibir bergerak. Satu kalimat yang meluncur dari lisannya. “Aku takut pada Mu, Ya Allah... Aku malu pada Mu!” Itu saja yang dapat ia ucapkan. Ia berdiri menggigil dan terdiam ketakutan.
Demi melihat hal itu, Allah swt pun memasukkan si hamba ke dalam rahmat Nya. Subhanallah! Rasa malu atas dosa membuat Allah swt memberi ampunan!
Ketahuilah saudaraku..., dosa dan kesalahan membuat diri kita menjadi malu. Saat mendefinisikan dosa, Rasulullah saw mengatakan bahawa “ia adalah sesuatu yang membuat jiwamu gelisah, dan kau merasa malu bila ada orang yang melihatnya!” Demikianlah dosa. Dosa membuat manusia merasa malu. Oleh itu, tinggalkanlah…!
Diriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Umar sebagai hadis marfu’, “Allah mendatangi orang mukmin pada Hari Kiamat, Dia mendekatinya hingga membuat orang itu tertutup dari pandangan semua makhluk Nya. Lalu Allah berkata kepadanya, “Bacalah!” Allah kemudian memberitahu dosa-dosa orang itu, lalu berkata lagi, “Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu?” Orang itu menjawab, “Ya.” Kemudian ia melihat kanan kirinya, Allah berkata lagi, “Tidak perlu takut hamba Ku, kamu berada dalam hijab Ku hingga tidak ada seorang pun dapat melihatmu. Tidak ada seorang pun di antara Aku dan engkau pada hari ini yang dapat mengintip dosa-dosamu selain Aku. Aku memberimu ampun atas dosa-dosa itu cukup dengan satu hal dari semua yang telah kau lakukan untuk Ku. Orang itu berkata, “Apakah ia Ya Allah?” Allah menjawab, “Engkau tidak pernah mengharap ampunan selain daripada Aku.” (rujukan: Jami’ Al Ulum wal Hikam, halaman. 393)
Saya berharap semoga tulisan yang tidak seberapa ini dapat membuat kita semua tidak berputus asa dari rahmat Allah swt, dan semakin giat untuk memohon ampunan Nya.
Semoga sama-sama mendapat manfaat…wallahu`alam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan