Hakikatnya, manusia terdiri dari tubuh, roh dan hati. Bagi ukuran orang yang rendah seperti kita, ketiganya tidak pernah seia sekata, selalu saja salah satunya terutama tubuh yang dibalut nafsu dan digoda seteru setia kita, iaitu syaitan yang lebih mendominasi tingkah laku perbuatan kita di dunia. Manusia biasa tidak berdaya, terlena, diperbudak oleh setiap kenginan tubuh dan panca inderanya.
Untuk tidur, kita memilih tilam yang empuk dan katil mewah, padahal sekadar untuk merehatkan badan yang manja. Kita jadikan nasihat ahli kesihatan tulang belakang sebagai dalil untuk terus memanjakan tubuh badan ini.
Makan pula hanya memilih yang lazat serta enak dengan pilihan proses memasak yang rumit, direbus, digoreng, dibakar hingga sari rasa dari makanan yang sebenarnya diperlukan sebagai sumber tenaga atau bahan bakar bagi tubuh telah terbuang sia-sia hanya kerana ingin mengecap rasa, padahal rasa tersebut cuma di lidah.
Manakala pakaian yang fungsi sebenarnya untuk menutup aurat telah dibentuk sedemikian rupa hingga menjadi lambang mewah, gaya dan dibuat dari bahan yang mahal dengan bentuk aneh yang menurut ahli fesyen sebagai aliran trend semasa. Harga yang mahal pula kerana ada tanda dagang yang hanya berupa secarik kain dengan nama perancang atau pembuatnya.
Rumah dibuat dengan kos tinggi yang sekaligus menuntut pemiliknya mengejar setiap masa bagi mengumpulkan dana pembiayaan walau bagaimanapun caranya. Rumah mewah yang dibina tersebut akhirnya tidak pernah dapat di nikmati oleh pemiliknya kerana setiap hari sibuk bekerja, paling kurang 8 jam sehari, perjalanan ulang alik pula 2 jam, sehingga setelah sampai di rumah, mereka langsung keletihan dan hanya bersiap untuk meneruskan rutin harian esoknya. Tidak pernah ada peruntukan waktu khusus walau hanya sekadar mendengar keluh kesah, cerita dari anak-anaknya. Tidak pernah ada waktu untuk mendidik sendiri anaknya dengan bekal ilmu yang cukup bagi anak tersebut nanti merasakan sendiri proses perjalanan hidup di dunia yang singkat.
Materialisme dunia telah menjadi tujuan setiap manusia. Bermula dari saat bangunnya si hamba dari tidur sudah disibukkan diri untuk bersiap menjelajah bumi Allah, tapi tanpa hati bersama Allah…
Jiwa dan hati telah ditakluk serta diperbudak oleh tubuh. Jiwa tidak diberi kesempatan belajar melakukan ekspresi syukur kepada Penciptanya melalui aktiviti ibadah, mungkin terlupa adanya Ilahi, atau mungkin memang memilih tuhan lain berupa material dunia ? Tubuh selalu dimanja, jiwa selalu tersiksa, jiwa tidak pernah diberi santapan, jiwa tidak pernah dapat tumbuh dan berkembang, padahal jiwanya sangat merindukan kembali ke tempat asal…
Tiada ulasan:
Catat Ulasan