“Ada orang-orang lusuh berdebu yang mengenakan dua helai pakaian usang. Mereka tidak pernah dipandang. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, nescaya Allah memenuhi sumpahnya. Salah satu dari mereka adalah Al-Barra’ bin Malik.”
(Al-Hadis)
Jika kita berbicara tentang keberanian di medan perang, maka keberanian para sahabat (semoga Allah meredhai mereka) tiada duanya. Kerinduan terhadap syahid menjadikan kematian lebih mereka cintai daripada kehidupan. Bahkan syahid di medan perang menjadi sesuatu yang selalu mereka tunggu dan mereka cari. Seperti sahabat Rasulullah saw yang satu ini, Al-Barra’ bin Malik, yang menginginkan kematiannya bukan di atas ranjang tetapi di medan laga.
Al-Barra’ bin Malik adalah saudara Anas bin Malik, salah seorang pembantu Rasulullah saw. Ia terkenal dengan semboyan “Allah dan Syurga”. Sebuah semboyan yang tersirat kerinduan yang mendalam kepada Allah dan Syurga-Nya.
Suatu ketika saat ia sakit, ia dikunjungi sahabat-sahabatnya. Al-Barra’ langsung melihat seberkas kebimbangan dari raut wajah para sahabatnya itu, lalu ia berkata: “Mungkin kalian takut aku mati di atas ranjangku. Tidak, demi Allah. Robb ku pasti memberiku mati syahid !”
Di saat perang Yamamah, ketika pasukan Islam di bawah panglima Khalid bin Walid, Al-Barra’ bin Malik dengan pandangannya yang tajam menyapu seluruh penjuru medan perang. Seolah hendak mencari tempat yang sesuai bagi kematiannya. Tidak ada yang lebih menyibukkannya dari urusan dunia kecuali untuk tujuan yang satu ini. Sungguh kuat keinginannya untuk syahid, Syaidina Umar bin Khattab ra sangat berwaspada agar Al-Barra’ tidak dijadikan panglima pasukan. Syaidina Umar ra bimbang dengan sifatnya itu akan menyebabkan kepemimpinannya dalam pasukan dapat membahayakan anak buahnya dan membawa kebinasaan.
Pada perang Yamamah ini, Musailamah dan bala tenteranya memiliki kekuatan yang paling kuat. Pertempuran sengit yang terjadi nyaris mengalahkan pasukan kaum Muslim. Serangan-serangan yang dilancarkan pasukan murtad tersebut sempat melemahkan semangat kaum Muslim. Al-Barra’ yang melihat keadaan ini tidak hanya mendiamkan diri. Ia langsung berteriak dengan suara lantang, “Wahai penduduk Madinah ! Tidak ada Madinah bagi kalian sekarang. Yang ada hanya Allah dan Syurga !”
Perkataan Al-Barra’ ini mampu membangkitkan semangat kaum Muslim. Al-Barra’ sedar bahawa saat mereka berada di tengah medan perang, tidak ada waktu untuk memikirkan tempat tinggal, isteri dan anak-anak. Yang ada hanyalah Allah dan Syurga. Kaum Musyrikin yang mulai terdesak langsung berkumpul dan berlindung di sebuah kebun yang mereka jadikan benteng.
Untuk menembusi pertahanan musuh, Al-Barra’ tidak memikirkan cara lain selain meminta kaum Muslim untuk melemparkannya ke dalam benteng musuh agar ia dapat menyerang ke daerah petahanan mereka dan membukakan pintu bagi kaum Muslim. Walau akhirnya ia mendapat lapan puluh tusukan pedang, tetapi ia dan pasukan Islam berjaya melemahkan kekuatan kaum Musyrikin tersebut.
Pada perang melawan Parsi yang merupakan salah satu di antara dua kekuatan yang ditakuti, Al-Barra’ kembali menunjukkan kejaguhan dan keberaniannya. Pasukan Parsi terkenal dengan kekejaman, peralatan perang yang canggih dan tentera yang hebat. Bagi Al-Barra’, inilah saat yang ditunggu. Ia berharap dapat menemui syahid dalam perang ini.
Pada perang ini, pasukan Parsi menggunakan senjata-senjata yang berbahaya. Salah satunya adalah rantai-rantai yang pada hujungnya diikatkan sebuah pengait besi yang dipanaskan. Rantai-rantai inilah yang mereka lemparkan dari dalam benteng yang menyebabkan kaum Muslim yang terkena sebatannya tidak dapat melepaskan diri.
Anas bin Malik ra pun tidak terlepas dari senjata ini. Melihat Anas bin Malik ra yang tersangkut di pengait besi itu, Al-Barra’ bin Malik langsung menyambar rantai yang panas tersebut sehingga menyebabkan kedua tangannya melepuh dan daging di telapak tangannya menggelupas.
Al-Barra’ ternyata belum menemui kematiannya hingga tibalah pertempuran Tutsur. Menyaksikan pasukan Parsi yang sangat besar, Syaidina Umar bin Khattab ra langsung mengirim surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqash di Kufah untuk mengirimkan pasukannya ke Ahwaz. Syaidina Umar ra juga mengirim surat kepada Abu Musa al-Asy’ari di Basrah agar mengirim pasukan juga ke Ahwaz.
Suasana perang yang sangat mencengkam dirasakan kaum Muslim. Rustum, pemimpin Parsi benar-benar mengerah seluruh kekuatan bala tenteranya untuk menghancurkan kaum Muslim. Saat kedua-dua pasukan membuka gelanggang perang melalui pertandingan satu lawan satu, Al-Barra’ berjaya mengalahkan seratus pahlawan dari Parsi. Kemudian bermulalah perang di antara kedua pasukan yang menelan korban yang tidak sedikit.
Dalam situasi yang sangat sukar ini, salah seorang sahabat ra berkata kepada Al-Barra’, “Ingatkah engkau pada sabda Rasul saw tentang dirimu, “Ada orang-orang lusuh berdebu yang mengenakan dua helai pakaian usang. Mereka tidak pernah dipandang. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, nescaya Allah memenuhi sumpahnya. Salah satu dari mereka adalah Al-Barra’ bin Malik.” Maka bersumpahlah kepada Allah agar Dia memberikan pertolongan-Nya kepada kita !”
Maka Al-Barra’ pun mengangkat kedua tangannya: “Ya Allah, kalahkan mereka, berilah pertolongan kepada kami, dan pertemukanlah aku dengan Nabi Mu!”
Dengan keyakinan yang teguh, ia melangkahkan kakinya dan siap mengayunkan pedang ke leher para tentera Parsi. Sejenak sebelum ia melangkah, ia pandang Anas bin Malik ra, saudaranya yang berada disisi dengan pandangan yang lama, seolah-olah ia ingin mengucapkan salam perpisahan kepada saudara yang dicintainya itu. Ia pun tanpa ragu, segera menceburkan diri dalam kancah peperangan. Sampai ia menemukan syahidnya. Ketika peperangan telah selesai, para sahabat ra menemui jasadnya di antara para syuhada. Ia telah pergi menuju Robb-nya dengan meninggalkan senyum yang menawan. Ia pergi tanpa meninggalkan harta, tetapi ia pergi dengan meninggalkan sejuta kisah keberanian. “Selamat jalan Al-Barra’ bin Malik ! Engkau telah kembali ke kampung halaman”.
“ltulah syurga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.”
(QS Al-A’raaf: 43)
Jagalah Hati...