Popular Posts

Jumaat, 29 Julai 2011

PENJARA HATI...



Penjara hati berbicara mengenai dunia dan pandangan ku terhadapnya. Walaupun manusia bebas ke sana ke mari serta ketawa riang gembira, tetapi di dalam hati sebenarnya setiap dari kita terpenjara oleh ego dan kepalsuan yang kita bangunkan sendiri entah oleh apa...


Seorang lelaki dengan wajah tertunduk lesu berjalan meninggalkan istana kehakiman, ketukan tukul tuan hakim telah menghantarnya pergi jauh dari kebebasan, ia akan segera menikmati hari-hari panjangnya di PENJARA.


Ini adalah gambaran keseharian dari sebuah pengadilan, gambaran keseharian dari sebuah fenomena kehidupan sosial yang mulai tercemar oleh kuman-kuman kehidupan.


Ada kala, sebenarnya kita mungkin bebas dari jeratan PENJARA Jasmani, tetapi kita tidak akan pernah dapat melepaskan diri dari Empat PENJARA HATI.




Penjara Pertama adalah PENJARA BENCI.

Penjara pertama adalah kebencian, Ketika hati kita dipenjara oleh kebencian, kita akan cenderung menjadi ganas, ada luapan emosi yang membara, tidak terkendali dan hanya menunggu waktu untuk meletup.


Penjara pertama ini membuat kita menderita lebih dari yang kita sangkakan, Penjara ini malah membuat kita melukai diri sendiri dengan gambaran yang berulang-ulang di benak kita. Gambaran dari sumber kebencian kita, gambaran yang sesungguhnya hanya dari alam MAYA, dari alam bawah sedar kita.Ada sakit yang luar biasa, ketika seorang atau sesuatu yang kita benci melintasi jarak pandang kita, radar ngilu di hati segera berbunyi walau seseorang atau sesuatu itu tidak menyentuh kita sedikit pun. Malahan mungkin mereka tidak mengetahui keberadaan kita.Rakaman rasa sakit segera diputar berulang-ulang di benak kita, kita akan mengalami penyiksaan batin berkali-kali untuk satu peristiwa yang sama.


Di kala penjara ini menutup hati kita, kita akan menerima bola-bola lumpur yang siap kita lemparkan kepada mereka yang berada dalam senarai "MUSUH". Ketika kita meluncurkan bola itu, ada dua keadaan yang mungkin terjadi.Pertama, yang dilempar tidak mengelak dan menerima bola lumpur itu sekaligus ikut menemani kita dalam penjara pertama, atau yang kedua, ia mengelak dan tidak pernah menganggap bola lumpur itu ada.


Dari dua alternatif di atas, yang pasti kita menjadi korban pertama dari bola lumpur itu, kerana bola lumpur itu telah mengotori tangan kita, kita telah masuk ke dalam penjara ini dan teraniaya di sana.


Bersama masa yang terus berlalu dan penerimaan atas keadaan serta kekuatan memaafkan, penjara ini akan terbuka secara perlahan-lahan, kita akan dibebaskan kembali ke alam neutral ( berlapang dada).




Penjara Kedua adalah PENJARA TAMAK.

Penjara kedua adalah Ketamakan. Ketika mata kita hijau, semua seakan tidak pernah mencukupi. Kita akan menjadi orang TERMISKIN di dunia, kita cenderung akan mengambil bahagian yang bukan menjadi hak kita, kita cenderung merampas hanya untuk memenuhi keinginan yang pada akhirnya tidak akan pernah dapat dipenuhi.


Di kala penjara ini menutup hati kita, kita seperti terlahir sebagai raksasa dalam dunia materialistik, tidak ada rasa kecukupan dalam segala hal, kerakusan membawa kita tidak pernah dapat menikmati hidup, selalu di selubungi derita kerana merasa tidak pernah puas.


Mari kita lihat dunia nyata saat ini, berapa ramai orang yang ingin segera kaya, lalu setelah kaya, ingin lebih kaya lagi. Padahal orang kaya tanpa kepuasaan sebenarnya adalah orang miskin yang memiliki banyak wang. Fenomena inilah yang membuat kita sering mendengar banyak kes-kes rasuah serta penyalahgunaan kuasa yang menjadi wabak sepertimana cepatnya tersebar penyakit berjangkit.


Penjara kedua akan terbuka dan kita akan dibebaskan jika kita telah bersedia menerima keadaan diri, merasa puas (bukan pasif tapi aktif, dalam erti tidak bermalas-malasan) serta mensyukurinya apa yang diperolehi saat ini.




Penjara Ketiga adalah PENJARA CEMBURU.

Penjara ketiga adalah iri hati. Ketika benih cemburu tertanam, kita cenderung tidak pernah dapat melihat kebahagiaan orang lain, kita merasa disaingi, ego kita seakan-akan dihina oleh kejayaan mereka. Ironinya, kita rasa menderita untuk kebahagiaan mereka itu.


Di kala penjara ini menutup hati kita, kita segera dikenakan kacamata yang membuat kita selalu melihat seolah-olah rumput tetangga selalu lebih hijau dari milik kita. Lalu kita pun merasa alam tidak adil terhadap kita. Kita akan segera menyalahkan sekeliling kita untuk apa yang tidak kita berjaya dapatkan.


Malah, kejayaan orang lain yang beribu-ribu kilometer jauhnya dari kita turut menimbulkan kecemburuan. Apa yang kita rasakan pada saat itu sungguh ironi, kita malah merasa iri, padahal apa hubungannya mereka dengan kita?  Kadangkala tidak ada hubungan sama sekali dengan aktiviti kita. Lebih parah lagi, kita merasa iri dengan teman kita sendiri, dengan saudara kita sendiri, dengan orang-orang yang kita kenali. Hasilnya…? Hanyalah penderitaan, ada perasaan tidak enak di hati.


Penjara ini terbuka ketika hati kita menyedari bahawa tidak ada yang kekal, baik kejayaan atau kegagalan, dan kita dapat menerima kejayaan orang lain sebagai pemacu untuk kejayaan kita.




Penjara Keempat adalah PENJARA KEBODOHAN.

Penjara keempat pula adalah kebodohan. Kebocoran pengetahuan ini membuat kita melakukan tindakan-tindakan bodoh yang bukan hanya merugikan orang lain, tapi lebih utama, merugikan diri kita sendiri.


Di kala penjara ini menutup hati kita, kabus kebodohan menyelimuti kita, membuat kita tidak menyedari bahawa kita telah merosak diri kita sendiri. Perlahan tapi pasti kita terjerumus dalam jurang “Ketagihan” yang luar biasa.


Bentuk yang paling sering kita lihat dalam kehidupan ini adalah kecanduan bahan-bahan narkotik serta lucah. Ketika kita terpikat olehnya, kabus kebodohan secara perlahan-lahan memayungi kita. Kita kehilangan harta benda, kita kehilangan kesedaran, kita kehilangan persaudaraan dan kita kehilangan segalanya. Lalu apa yang kita dapat…? Kenikmatan sesaat yang hanya bersifat fatamorgana. Dan ketika kita kembali semula ke dunia nyata, sejumlah persoalan telah siap menerkam kita, bahkan mungkin dengan kerumitan yang sepuluh kali ganda dari kekuatan asalnya.



Penjara ini membuat kita kehilangan akal sihat.


Lalu, penjara ini akan terbuka jika kita isi hati dan fikiran kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang berguna, terutama pengetahuan MORAL dan AGAMA.


Keempat-empat penjara ini ada dan terus ada di samping kita, kita hanya perlu menjaga hati ini agar tidak terpenjara di dalamnya.


“Janganlah melakukan kejahatan, perbanyaklah melakukan kebaikan, sucikan hati dan fikiran. Itulah ajaran semua guru” Petua-petua ini mungkin akan membuat kita terhindar dari empat penjara hati...

Wallahu`alam.



Jagalah Hati…

Wassalam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan