Popular Posts

Selasa, 26 Julai 2011

INDAHNYA TAUBAT...


TAUBAT….
Sebuah makna dari kata yang indah dalam Islam dituliskan. Ia bermakna kepulangan, kembalinya seseorang yang dirindukan, penyesalan dan pengharapan. Kata itu adalah taubat. Taubat adalah sebuah hasil pengembaraan sia-sia yang pernah dilakukan oleh seorang manusia hingga membuat tubuhnya letih, lelah dan lemah. Sejurus kemudian ia sedari bahawa usaha yang ia lalui telah menghasilkan kekeliruan. Jalan yang ditelusuri berbuah kesesatan. Oleh itu, dengan segenap sisa upaya yang masih ia miliki ia bertaubat, kembali pada jalan yang diredhai. Sehingga datangnya diri berbuah harapan dan membawa senyuman. Itulah makna singkat dari taubat…


Kembali yang dimaksud di sini tiada lain adalah kembali atau datangnya lagi seorang hamba kepada Allah swt. Taubat adalah sebuah proses kembalinya seorang hamba. Ia kembali dari perbuatan maksiat menjadi taat. Kembali dari ingkar menjadi tunduk. Kembali dari kekufuran menjadi syukur.


Dalam sebuah hadis, taubat juga bermaksud penyesalan atau an nadam. Dia adalah sebuah penyesalan yang muncul dari kekeliruan yang pernah dilakukan oleh manusia. Telah ia sesali rupanya bahawa bermain api akan terbakar. Bermain pisau akan terpotong. Bermain dosa akan binasa. Semua hal negatif yang telah ia lakukan, segalanya membawa penyesalan. Sebab itu, ia pun ingin memperbaiki keadaan. Dari penyesalan menuju pengharapan. Proses ini pun dinamakan ‘taubat’.


Baginda saw pernah ditanya oleh Syaidina Abu Bakar ra yang menjadi sahabat karib. Sebagai manusia, tentu Abu Bakar ra memiliki dosa dan kesalahan. Meskipun kita tahu, bahawa dia bukanlah manusia biasa. Dia adalah seorang sahabat Nabi saw yang telah dijamin syurga oleh Allah swt dan Rasul-Nya.


Abu Bakar bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasul, ajarkan aku sebuah doa yang bermanfaat untukku!” Maka Nabi saw pun membacakan doa berikut untuknya sebagai jawapan, “Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, ketidak-tahuanku, semua perbuatan burukku dan kesalahan lain yang lebih Engkau ketahui. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, dosa-dosa yang sengaja aku perbuat atau tidak disengaja. Engkau Yang Pertama dan Engkau Yang Terakhir, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Bukhari & Muslim)


Cuba resapi makna doa tersebut di atas! Bayangkan kelembutan hati orang yang mengucapkannya, serta kasih sayang Allah swt, At Tawwab, yang Maha Menerima taubat hamba-Nya. Nuansa pengharapan dan kebahagiaan akan tumbuh dalam lubuk hati si hamba yang membacanya seraya bertaubat kepada Allah swt. Dan Allah swt pun akan menerimanya kembali dengan segala rahmat dan ampunannya. Hingga membuat diri si hamba menjadi putih kembali dari segala dosa. Dan ia dapat kembali seperti sediakala. Subhanallah…!




Sebab Manusia Berbuat Dosa Dan Kesalahan

Pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan fitrah (suci). Ia tidak membawa dosa keturunan, walaupun ia lahir dari hubungan haram kedua orang-tua. Amat adil hikmah Allah swt menciptakan manusia yang baru lahir ke dunia tanpa membawa beban dosa. Sebab bukanlah bijak namanya, bila Dia swt menghukum seorang hamba atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya.


Prinsip di atas ini sungguh telah ditegaskan oleh Allah swt dalam firman-Nya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. 2:286)


Adapun manusia dapat terjerumus ke dalam perangkap dosa yang kemudian akan menyeretnya dalam siksa Allah adalah disebabkan oleh hal-hal berikut, iaitu;


1. Manusia lupa kepada Allah; hal ini bahkan dapat membuat ia lupa dan hilang kawalan terhadap kemuliaan diri.


2. Al Jahl (ketidak-tahuan) terhadap perbuatan dosa; membuat manusia menganggap remeh setiap tindakan maksiat yang dilakukannya.


3. Meremehkan agama; sehingga membuat kehidupan seharian manusia menjadi lalai dan melupakannya untuk sentiasa berada pada jalan hidup yang benar.


4. Pengaruh rakan-rakan yang buruk akan menyeret manusia yang tidak memiliki pedoman dan prinsip hidup yang kuat.


5. Tidak sayang pada diri sendiri sehingga dapat menjerumuskannya pada kehancuran. Menjauhi kepada hidup beragama dan manusia menjadi leka serta tersesat. Sesungguhnya agamalah yang dapat menuntun hidup manusia ke jalan yang benar.


6. Mengikuti jejak syaitan sehingga ia tersesat dan jauh dari jalan Allah swt.


7. Cinta dunia yang membawa manusia buta akan kebenaran.


Ketujuh perkara ini dapat membuat manusia terjerumus dalam lopak dosa dan kemaksiatan. Semakin ia mendekat kepadanya, maka akan semakin dalam ia masuk dalam jurang kemaksiatan. Sebaliknya, bila ia semakin menjauhinya, maka kemenangan dan kebahagiaan akan ia rasakan.


Allah Gembira Menerima Hamba yang Bertaubat

Apa perasaan yang kita alami bila kita kehilangan sesuatu yang amat berharga kemudian menemukannya kembali? Tentunya teramat gembira perasaan kita! Begitu jugalah apa yang diharapkan oleh Allah swt terhadapa hamba-Nya.


Allah swt akan merasa senang, bila Dia pernah kehilangan seorang hamba yang pernah Dia ciptakan, kemudian si hamba itu datang kembali dengan berserah diri. Hal ini dituturkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw berikut, “Demi Allah, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya sepertimana seseorang di antara kamu yang menemukan kembali miliknya yang hilang di tengah padang. Barangsiapa mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Barangsiapa mendekati Ku sehasta, maka Aku mendekatinya selangkah. Barangsiapa mendekati Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari.” (Muslim)


Allah swt bergembira saat menerima kedatangan hamba-Nya untuk bertaubat. Apakah kita tidak berkeinginan untuk membuat Ilahi yang telah menciptakan diri kita menjadi gembira? Sesungguhnya taubat membuat Allah swt senang, bahkan melebihi kesenangan orang yang menemukan barang berharga miliknya yang telah hilang.


Hadis ini dalam riwayat yang lain disebutkan bahawa ada seorang lelaki yang sedang melakukan musafir dengan menunggang seekor unta. Pada unta tersebut, ia letak segala perbekalan yang diperlukan untuk menempuh perjalanan.


Pada sebuah telaga air, ia tambatkan untanya kemudian ia pun turun minum. Tanpa disedari, unta yang membawa segala perbekalan rupanya tidak terikat dengan baik. Sementara ia keasyikan turun minum, unta pun pergi meninggalkan tuannya.


Kesedihan, putus harap dan kecewa, itulah yang dirasakan pemilik unta. Ia berusaha mencari ke sana-kemari, namun unta miliknya tidak dijumpai juga. Hingga badan letih kehausan, maka ia pun memutuskan kembali lagi ke telaga. Keletihan membawanya terlelap. Sebelum tidur, ia pun sempat berkata dalam hati, “Ya Allah, aku pasrah bila harus mati di tempat ini!” Ia ucapkan kalimat itu, kerana harapan yang telah pupus untuk dapat hidup kembali.


Tidak lama kemudian, ia mendengar ada suara yang begitu ia kenal. Ia pun terjaga dari tidur. Subhanallah, ia dapati rupanya unta yang ia cari telah kembali datang. Alangkah girang hatinya, dan ucapan latah pun terlontar dari mulutnya, “Ya Allah sungguh Engkau adalah hambaku dan aku adalah Robb-Mu!” Ia ucapkan kalimat itu tanpa ia sedari, padahal yang sebenarnya ia maksudkan adalah sebaliknya.


Selesai menceritakan kisah memukau ini, Rasulullah saw menegaskan sekali lagi, “Demi Allah, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada seseorang di antara kamu yang menemukan kembali miliknya yang hilang di tengah padang.”


Mungkin kita gembira membaca kisah ini. Ingatlah, bila kita ingin mengembalikan kegembiraan pada Allah swt, yang Maha Pencipta, maka datanglah kepada-Nya dengan taubat yang sesungguhnya. Dengannya, kita dapat membuat gembira Ilahi yang Maha Pencipta!


Aku Malu, Ya Allah!

Saudara semuslimku..., mungkin kemaksiatan diri membuat kita malu untuk datang kepada Allah swt. Usah kita malu! Sedangkan malu terhadap Allah swt itu pun adalah hal yang amat berharga bagi kita.


Seperti gelaran haji yang membuat penyandangnya selalu menjaga perilaku kerana malu, maka taubat yang pernah kita jalankan pun akan membawa kita merasa malu. Sehingga rasa malu selalu menjadi perisai diri kita untuk tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat.


Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, Rasulullah saw mengisahkan bahawa dulu pernah ada seorang ayah yang dikurniakan Allah swt harta yang banyak. Saat ajal menjelang, ia kumpulkan semua anaknya dan ia berwasiat kepada mereka. Ia katakan, “Menurut kalian, Ayah yang bagaimana aku ini?” Anak-anaknya menjawab bahawa dia adalah ayah yang baik. Tersentuh hati mendengarnya, ia pun menyedari bahawa dirinya tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun. Lalu ia berpesan bila ia telah mati nanti agar jasadnya dibakar, dan debunya ditebarkan pada hari di mana angin bertiup kencang. Ia bersikap demikian kerana ia malu bila bertemu dengan Allah swt, padahal dirinya penuh dengan dosa!


Lalu anak-anaknya menjalankan wasiat itu dengan baik. Saat debu si ayah mereka tebarkan pada angin yang bertiup kencang, maka Allah swt menghimpun kembali serpihan dari debu yang betebaran. Serta-merta Allah swt berfirman dan kembalilah jasad seperti kejadian asalnya.


Kini si hamba berdiri menggigil ketakutan. Dalam keresahan yang dialaminya, Allah swt bertanya kepadanya, “Mengapa kau lakukan ini semua?!”


Di hadapan keagungan Allah, sukar sekali lisan berucap dan bibir bergerak. Satu kalimat yang meluncur dari lisannya. “Aku takut pada-Mu, Allah... aku malu pada Mu!” Itu saja yang dapat ia ucapkan. Ia berdiri menggigil dan terdiam ketakutan.


Demi melihat hal itu, Allah swt pun memasukkan si hamba ke dalam rahmat-Nya. Subhanallah! Rasa malu atas dosa membuat Allah swt memberi ampunan!


Ketahuilah saudara semuslimku..., dosa dan kesalahan membuat diri kita menjadi malu. Saat mendefinisikan dosa, Rasulullah saw mengatakan bahawa, “Ia adalah sesuatu yang membuat jiwamu gelisah, dan kau merasa malu bila ada orang yang melihatnya!” Demikianlah dosa. Dosa membuat manusia merasa malu. Oleh itu, tinggalkanlah!


Diriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Umar sebagai hadis marfu’, “Allah mendatangi orang mukmin pada Hari Kiamat, Dia mendekatinya hingga membuat orang itu tertutup dari pandangan semua makhluk-Nya. Lalu Allah berkata kepadanya, “Bacalah!” Allah kemudian memberitahukan dosa-dosa orang itu, lalu berkata lagi, “Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu?” Orang itu menjawab, “Ya.” Kemudian ia melihat kanan kirinya, Allah berkata lagi, “Tidak perlu takut hamba-Ku, kamu berada dalam hijab-Ku hingga tidak ada seorang pun dapat melihat mu. Tidak ada seorang pun di antara Aku dan engkau pada hari ini yang dapat mengintip dosa-dosa mu selain Aku. Aku memberimu ampun atas dosa-dosa itu cukup dengan satu perkara dari semua yang telah kau lakukan untuk Ku. Orang itu berkata, “Apa itu Robb ku?” Allah menjawab, “Engkau tidak pernah mengharap ampunan selain daripada Aku.” (Kitab Jami’ Al Ulum wal Hikam)


Taubat dengan Beristighfar

Ada berbagai rupa dan cara manusia untuk bertaubat kepada Allah swt. Cara terbaik dalam bertaubat adalah berharap ampunan-Nya. Atau lebih dikenal dengan ‘istighfar’.


Berikut ini saya sampaikan hadis-hadis berkaitan keunggulan istighfar…


Pertama,

“Allah swt berrfirman, ‘Wahai manusia, sesungguhnya jika engkau berdoa dan bermohon kepada Ku maka Aku ampuni semua kesalahan yang ada padamu dan Aku tidak menghiraukannya. Wahai manusia, jika dosa-dosamu itu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada Ku, maka Aku ampuni dosa-dosamu, dan Aku tidak peduli (berapa banyak pun dosamu). Wahai manusia, jika engkau datang kepada Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu dengan Ku dan tidak menyekutukan Ku dengan suatu apapun, maka nescaya Aku akan membawa ampunan sepenuh bumi pula untukmu.” (Bukhari dan Muslim)


Kedua,

“Barangsiapa yang memohon ampunan bagi kaum muslimin dan muslimat, maka ia akan mendapat satu kebaikan dari setiap mukmin dan mukminah.” (Thabrani)


Ketiga,

“Barangsiapa yang selalu beristighfar maka Allah akan memberinya kelapangan dalam setiap kesempitannya, dan Allah akan membukakan jalan dari kesusahannya serta Allah akan memberinya rezeki dari yang tidak di sangka-sangka.” (Abu Daud dan Ibnu Majah)


Keempat,

“Barangsiapa sebelum tidur membaca, “Aku mohon ampun dari Allah yang tidak ada Robb selain Dia yang Maha Hidup, dan aku bertaubat kepada-Nya” sebanyak tiga kali. Maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun dosanya itu sebanyak buih di lautan, walaupun sebanyak daun di pepohonan, walaupun sebanyak pasir di gurun, walaupun sepanjang umur dunia.” (Ahmad dan Tirmizi)


Kelima,

“Berbahagialah bagi orang yang mendapatkan dalam lembar catatan amalnya permohonan ampun (istighfar) yang banyak.” (Baihaqi dan Ibnu Majah)


Keenam,

“Barangsiapa ingin digembirakan oleh lembar catatan amalnya maka perbanyaklah beristighfar!” (Baihaqi)


Ketujuh,

“Tidaklah seorang muslim berbuat dosa kecuali malaikat berhenti mencatat dan menunggu. Apabila ia mohon ampunan dari dosanya maka malaikat tidak akan mencatatnya, dan Allah tidak akan menyiksanya pada Hari Kiamat.” (Hakim)


Kelapan,

“Apabila engkau terasa sakit oleh dosamu maka beristighfarlah kepada Allah dan bertaubatlah kepadanya, kerana taubat dari dosa adalah dengan menyesali dan mohon ampunan.” (Muttafaq Alaihi)



Saya berharap semoga semua dalil yang dipaparkan di atas dapat membuat kita semua tidak berputus asa dari rahmat Allah swt, dan semakin gigih untuk memohon ampunan-Nya.

Wallahu`alam.

Jagalah Hati...

Wassalam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan