Upayakanlah agar kita mampu menjadi penasihat bagi diri kita sendiri dan sekaligus pemberi peringatan kepadanya. Ajaklah ia ke jalan Allah dengan hikmah kebijaksanaan serta nasihat yang baik. Berikan pengertian kepadanya bahawa pengabdian dan ketaatan kepada Allah swt akan membawa rasa kenikmatan abadi, serta kemulian dan kekayaan yang besar. Sebaliknya, meninggalkan pengabdian dan ketaatan lalu melakukan perbuatan maksiat, akan mengakibatkan seksaan batin yang pedih dan kehinaan yang besar. Nafsu manusia, kerana kebodohannya, tidak mahu melakukan atau meninggalkan apa pun, kecuali demi sesuatu yang di inginkannya ataupun yang ditakutinya. Ini mengingatkan bahawa nafsu manusia memang bertabiat selalu malas melakukan ketaatan dan sebaliknya cenderung melakukan pengkhianatan.
Sungguh berbahagialah orang yang memisahkan diri dari masyarakat zaman ini dan lebih memilih menyibukkan dirinya bersama Robb-nya daripada melibatkan diri dalam pergaulan dengan mereka dan segala keburukan mereka; dengan penuh ketabahan, sampai datangnya “keyakinan” yang berupa pembukaan pintu hatinya ke arah alam malakut yang tinggi - jika ia termasuk dalam kalangan “khusus” atau sampai datang kepadanya “keyakinan” yang lain, iaitu kematian, sebagaimana di isyaratkan dalam Al-Quran, baik ia tergolong di kalangan khusus ataupun awam.
Oleh sebab itu, saya berpesan kepada diri saya dan saudara semuslim yang dikasihi, jauhkanlah diri kita dari pergaulan dengan siapa sahaja yang dicurigai keadaannya; jangan duduk-duduk besama mereka, atau bercampur gaul dengan mereka. Kecuali dalam keadaan di mana kita sangat memerlukannya. Itu pun dengan penuh kewaspadaan dan sikap hati-hati, demi terhindarnya kita dari keburukan diri kita sendiri dan terhindarnya kita dari keburukan mereka. Demikianlah hendaknya dasar niat kita ketika menjauhi pergaulan dengan mereka itu.
Maka janganlah duduk bersama siapa pun kecuali mereka yang akan memberi kita manfaat dalam agama kita. Apabila hal seperti itu sukar dilaksanakan, maka larilah menjauhi dari mereka yang akan membawa mapetaka bagi agama kita, sebagaimana kita lari menjauh dari binatang buas. Bahkan lebih dari itu, kerana binatang buas hanya akan melukai anggota tubuh kita, yang nantinya hanya akan menjadi mangsa ulat bumi, sedangkan syaitan yang satu ini akan merosak hati kita, yang dengannya kita mengenal Allah dan agama kita, dan akan menghantar kita ke akhirat dengan selamat.
Saya berpesan juga pada diri saya dan saudara semuslim yang dikasihi, keluarkan setiap harapan ataupun kebimbangan yang kita rasakan dalam hati kita terhadap siapa pun di antara makhluk Allah. Sebab, adanya perasaan seperti itu akan menjadi penghalang bagi kita untuk menegakkan kebenaran, dan jangan sekali-kali membiarkan rasa takut pada kemiskinan menyelinap ke dalam hati kita kerana yang demikian itu merupakan seburuk-buruk pendamping diri kita sendiri.
Janganlah pula memikirkan secara berlebihan segala yang berkaitan dengan perolehan rezeki. Terlalu memikirkan hal seperti itu tidak ada dasarnya, selain adanya keraguan berkaitan dengan takdir Allah swt. Apa saja keuntungan ataupun kerugian yang telah ditakdirkan untuk kita pasti akan terlaksana, sama ada dengan atau tanpa usaha kita sendiri, sesuai dengan apa yang telah digoreskan oleh kalam Allah dalam Al-Lauh Al-Mahfuzh. Oleh sebab itu, apa gunanya bersikap berlebihan dalam memikirkan sesuatu yang telah selesai urusannya. Tentang hal ini, hati kita telah ditenangkan oleh Allah swt dengan penjelasan dalam kitab-Nya bahawa Dia telah memberikan jaminan bagi kita tentang rezeki yang disediakan bagi setiap makhluk-Nya, seraya bersumpah dengan diri-Nya sendiri. Oleh sebab itu, pusatkanlah perhatian kita untuk melaksanakan hak Allah swt yang telah diwajibkan pelaksanaannya atas diri kita. Kerana, sesungguhnya kebanyakan manusia zaman sekarang menghadapi fitnah, yakni ujian berat atau bencana yang berupa memikirkan secara berlebihan tentang rezeki. Hal itu merupakan hukuman atas mereka akibat melalaikan pelaksanaan perintah-perintah Allah seraya mengerjakan larangan-larangan-Nya.
Saya juga berpesan, agar kita sentiasa bersikap lemah-lembut dalam setiap urusan, mengutamakan keikhlasan dalam setiap amal dan kegiatan, meninggalkan kesibukan-kesibukan yang menghalang antara kita dan Allah swt, terutama yang berkenaan dengan harta dan keluarga. Tumpukanlah fikiran dan usaha hanya dalam sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan kita dalam kehidupan mendatang. Kembalilah kepada Allah dan bertawakallah kepada-Nya dalam setiap keadaan; seraya meneladani Rasullulah saw dalam akhlak, ucapan dan perbuatan.
Usahakanlah sungguh-sungguh untuk membersihkan hati kita dan menyinarinya dengan tiga hal, iaitu Pertama, dengan membaca Al-Quran dengan tartil dan tadabbur (yakni menekuni tatacara pembacaannya dan merenungi maknanya). Kedua, dengan berzikrullah dengan penuh adab dan kehadiran hati. Ketiga, dengan melakukan qiyamullail (solat malam) dengan hati luluh dan anggota tubuh yang khusyuk.
Ada tiga hal yang perlu kita lakukan demi memudahkan terlaksananya ketiga amalan di atas. Pertama, meringankan perut dengan hanya makan sedikit saja. Kedua, memisahkan diri dari kelompok manusia yang lalai akan Robb-nya. Ketiga, membebaskan diri dari kesibukan dunia yang fana.
Wallahu`alam
Jagalah Hati...
Wassalam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan