Popular Posts

Ahad, 27 Februari 2011

BERKATALAH BAIK ATAU DIAM...


Pada suatu saat ketika Rasulullah saw sedang bertawaf di Kabah, seorang lelaki bernama Fudholah bin Umair bermaksud hendak membunuh Baginda saw. Ia menyelinap dalam rombongan orang-orang yang bertawaf dan mendekati Baginda saw. Saat ia sudah berada dekat di samping Rasulullah saw dan mempunyai peluang untuk membunuh Baginda saw, tiba-tiba ia terkejut saat Rasulullah saw memandangnya.

Kemudian Rasulullah saw menoleh kepadanya saat ia sedang bertawaf, dan beliau berkata, “Wahai Fudholah, apa yang engkau bicarakan dengan hatimu?”

Fudholah menjawab, “Wahai Rasulullah, saya bertawaf. Saya mengingat Allah.”

Lalu Rasulullah diam dan melanjutkan tawafnya. Fudholah mengikutinya untuk kedua kalinya dan berjalan dengan tawaf di belakang Rasulullah.

Tidak berapa lama, Rasulullah menoleh lagi kepadanya dan berkata, “Apa yang engkau bicarakan dengan hatimu?”

Sesungguhnya Rasulullah saw tidak pernah menyembunyikan senyumannya kepada siapapun, termasuk orang yang berniat untuk membunuh Baginda saw. Seorang lelaki yang penuh dengan kebencian dan ingin membunuh, Rasulullah menoleh kepadanya dan memandangnya dengan tersenyum. Saat pertama kali, memandangnya dengan tersenyum. Saat kedua, memandangnya juga dengan senyuman.

Fudholah menjawab, “Wahai Rasulullah, saya mengingat Allah dan bertawaf.”

Rasulullah tersenyum dan melanjutkan tawafnya. Lalu lelaki itu mengikutinya.

Ketiga kali, Rasulullah menoleh kepadanya dan berkata, “Wahai Fudholah, apa yang engkau bicarakan dengan hatimu?”

Fudholah menjawab, “Wahai Rasulullah, aku mengingat Allah.”

Kemudian Rasulullah menoleh kepadanya.

Apakah kita tahu erti “menoleh kepadanya”?. Disebutkan di dalam sirah Nabi, antara budi pekerti Rasulullah bahawa kalau Baginda saw menoleh, ertinya Baginda saw menoleh dengan seluruh badannya.

Rasulullah menoleh kepadanya dan lalu meletakkan tangan beliau di dada lelaki itu. Dada yang penuh dengan kebencian dan kemarahan. Ia menyembunyikan pisau di badannya.

Ketika Rasulullah saw meletak tangan suci Baginda saw di dadanya, Fudholah berkata, “Demi Allah. Saat ia meletakkan tangannya di dadaku, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang paling aku benci melebihi dirinya. Namun setelah ia mengangkat tangannya dari dadaku, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang paling aku cintai melebihi dirinya.”

Selama hidup ini, kita banyak menemui orang-orang yang mewarisi perwatakan seperti Fudholah. Mereka ada di tengah-tengah masyarakat yang kita hidup ini. Akan tetapi, dada-dada mereka selalu sangat memerlukan orang-orang yang mewarisi perwatakan Rasulullah saw untuk menghilangkan sifat-sifat tercela dari dada-dada mereka yang penuh kemarahan dan kebencian.

Mereka yang mewarisi watak Fudholah menunggu muslim yang mampu mewarisi watak Rasulullah saw.
Berapa ramai yang menyakitiku ketika aku mendengar sebahagian dari kaum muslimin berbicara dan berkata, “Saat ini banyak ditemui para pendakwah yang berkata dengan kelembutan dan kedamaian, berkata dengan budi pekerti dan kasih sayang. Ini fenomena baru telah muncul yang ingin menggantikan jihad.”

Inilah bentuk jihad yang kita perlukan saat ini. Di sini, dalam masyarakat kita. Kerana sesungguhnya kita perlu untuk berjihad kepada hati yang di dalam dada, hingga kita mampu menundukkannya. Sampai kita mampu mendidiknya. Sampai kita boleh meninggikannya ke langit. Supaya kita mampu untuk memberikan pertolongan kepada siapa saja yang hidup di muka bumi ini.

Inilah yang dimaksud kalam Baginda, Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda, “Berkata kalimat yang baik adalah sedekah”

Saat ini dengarkan orang-orang yang berkata, “Berkata kalimat yang baik adalah sia-sia.” Baiklah, kami hormati. Akan tetapi rujukan dan contoh tauladan kita tetap pada Rasulullah saw yang berkata bahawa berkata kalimat yang baik adalah sedekah. Saya tidak mampu meninggalkan perkataan Rasulullah dan mengambil perkataan orang lain.

“Berkata kalimat yang baik adalah sedekah”


Jagalah Hati...

Wassalam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan