Popular Posts

Jumaat, 14 Jun 2013

AKU MENANTI...




Saudara semuslimku yang baik hatinya.... mari kita lihat bagaimana penjelasan salah seorang anak Syeikh Ahmad Yasin rahimahullah, tokoh pejuang Palestin abad ini yang beberapa tahun lepas telah gugur syahid oleh pesawat Israel...



"Ayah tidak mencintai dunia. Ia lebih mencintai rumah akhirat. Ramai orang yang menyarankan agar ayah mendiami rumah sebagaimana selayaknya seorang pemimpin.


Pemerintah Palestin juga pernah menawarkan sebuah rumah yang besar di perkampungan Gaza namun ayah menolak tawaran itu.


Ayahku lebih menginginkan akhirat sehingga ia tidak begitu memperhatikan perabot duniawi.


Ruangan rumahnya amat kecil yang hanya menempatkan tiga ruangan kecil. Tanpa seramik di lantai dan ruang dapur yang sudah rosak.


Bila musim sejuk tiba, keadaan rumah menjadi sangat sejuk. Sebaliknya bila musim panas datang, ruangan rumah terasa panas sekali.


Ayah tidak pernah berfikir untuk memperbaiki rumahnya. Sekali lagi, ia benar-benar sibuk mempersiapkan rumahnya di akhirat."


Syeikh Ahmad Yasin juga memberi pendidikan secara langsung kepada sesiapa pun tentang batas apa yang mesti diberikan oleh seseorang yang menginginkan mati di jalan Allah swt.


Sekitar lima minit sebelum pesawat Israel menembak ke arahnya yang sedang duduk di kerusi roda itu, seorang anaknya, Abdul Ghani sempat mengingatkannya untuk berhati-hati dengan mengatakan, "Ayah, ada pesawat pembunuh di atas."


Apa jawapan Syeikh Ahmad Yasin ketika itu...?


Dengan tenang ia menjawab, "Ya, aku di sini juga sedang menanti pesawat pembunuh itu."


Sesungguhnya, tidak ada keraguan dan ketakutan sedikit pun di dalam hatinya.


Itulah rahsia keteguhan Syeikh Ahmad Yasin rahimahullah...


kita di sini, sedang..


menanti detik demi detik kematian yang pasti menjemput...


menunggu saat kita menarik nafas terakhir dan menghembuskan lagi untuk yang terakhir...


melambai udara dingin yang merayap dari hujung jemari kaki hingga ke bahagian kepala...


menantikan saat mata tertutup dan tidak mampu terbuka lagi. Ketika badan terbujur dan tidak dapat bergerak lagi. Ketika kita masuk dalam keranda dan diangkat oleh anggota keluarga dan teman-teman kita...


setelah itu semua...


maka, manusia mula berbicara tentang diri kita dan kita sebenarnya menuju rumah kita yang kekal abadi di akhirat sana...


Ya Allah... kurniakanlah kesedaran yang hakiki ke dalam hati kami tentang rumah akhirat yang sepatutnya kami usahakan untuk mendapatkannya di dunia ini dan juga terhadap penantian yang pasti berlaku iaitu kematian yang akan menyentuh setiap yang bernyawa sehingga akhirnya habislah catatan kehidupan kami di dunia yang kemudiannya akan dinilai oleh manusia yang masih mendiami dunia ini...


Wallahu`alam


Jagalah Hati....

Tiada ulasan:

Catat Ulasan