Popular Posts

Isnin, 12 Ogos 2013

SEKADAR RENUNGAN...





Sebuah kisah untuk kita sama-sama mengambil pelajaran...



Seorang guru mendatangi seorang muridnya yang sedang berwajah sedih.



“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak perkara indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang guru bertanya.



“Guru, sejak kebelakangan ini hidup, hidup saya penuh masalah. Sukar bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.



Sang Guru tersenyum. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah ke mari. Biar ku perbaiki suasana hatimu itu.”



Si murid pun menurut kehendak gurunya tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.



“Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke gelas air itu,” kata sang Guru.



“Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit.”



Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini mengerut kerana meminum air masin.



“Bagaimana rasanya?” tanya sang Guru.



“Masin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih mengerut.



Sang Guru tersenyum panjang melihat wajah muridnya yang mencuka menahan kemasinan.



“Sekarang kau ikut aku.” sang Guru membawa muridnya ke tasik dekat tempat tinggal mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan taburkan ke tasik ini.”



Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke tasik tanpa bicara. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya, tapi tidak dilakukannya. Rasanya tidak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu fikirnya.



“Sekarang, cuba kau minum air tasik ini,” kata sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir tasik.



Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air tasik, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air tasik yang dingin dan segar mengalir di kerongkongnya, sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”



“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibir dengan tangannya.



Tentu saja ia segar kerana tasik ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air tasik ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa di mulutnya.



“Terasakah rasa garam yang kau taburkan tadi?”



“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air tasik hingga puas.



“Nak,” kata sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam"



Lanjut sang guru lagi, "Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”



Si murid terdiam, mendengarkan.



“Tapi Nak, rasa ‘masin’ dari penderitaan yang di alami itu sangat bergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu sebesar tasik”



Wallahu`alam...




Jagalah Hati...

Tiada ulasan:

Catat Ulasan